Rabu, 05 Agustus 2009

Catatan Seorang Pengurus Salam

1. Tugas Mendesak

Malam hari yang panas menggerogoti kota depok, terasa begitu menyiksa beberapa mahasiswa kontrakan. Depok adalah kota yang sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan kota-kota penyangga lainnya. Jika kota bekasi dan tanggerang terkenal akan kawasan industrinya karena kabanyaknya perusahan-perusahan yang menancapkan kukunya di sana

baca selengkapnya...

Asrama Impian Asrama Harapan

Ayunan langah kakiku semakin cepat seakan amplitudo ayunannya sudah mencapai titik maksimum. Akhirnya hentakan kaki pun telah mencapai kantor satpam asrama mahasiswa UI. Senyuman kemenangan dari pak satpam seolah menghapus bulir

baca selengkapnya...

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i. Di buku ini penulis hanya sebutkan sebagian kecil darinya. Di antaranya:

baca selengkapnya...

Mengenal Ilmu Hadits


Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

baca selengkapnya...



Asrama Impian Asrama Harapan

Ayunan langah kakiku semakin cepat seakan amplitudo ayunannya sudah mencapai titik maksimum. Akhirnya hentakan kaki pun telah mencapai kantor satpam asrama mahasiswa UI. Senyuman kemenangan dari pak satpam seolah menghapus bulir keringatku yang bercucuran melawan derasnya gravitasi.” Assalamualaikum pak”,sapa ku. ”wa’alaikum salam dek” jawab beliau. ”Dari mana kok agaknya capek banget?”. ”dari kampus pak”, jawabku.

Aku pun langsung menuju ke mushola asrama untuk sholat maghrib. Mushola asrama kami sangat asri dan sejuk. Tidak hanya itu, jamaahnya pun sangat banyak, terutama jika telah tiba waktu sholat maghrib, isya, dan shubuh. Ketika sholat shubuh kami bersaing untuk menempati shaf-shaf terdepan menyambut untaian do’a malaikat dan senyuman bidadari surga. Aku pun teringat perkataan seorang pemimpin Yahudi,”umat islam tidak akan pernah mengalahkan kami, Bangsa Yahudi, sebelum jamaah sholat shubuh mereka sama dengan sholat jum’at.” Sekiranya pemimpin Yahudi tersebut menyaksikan keadaan kami di asrama tentu ia akan menarik ucapannya tersebut.

Sholat maghrib telah ku laksanakan, sekarang saatnya untuk mengisi kebutuhan jasmani. sungguh sangat dzolim diri ini jika tidak memperhatikan alunan nada yang bersenandung diperut. Aku pun langsung menuju ke kantin asrama, piring telah ku ambil dan nasi bersambut lauk pun turut menghiasi piring, semakin menambah lezatnya makanan ini,” maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kau dustakan”.

Keadaan kantin yang damai dan tertib, semakin memacu gelora semangatku dalam mengarungi langkah-langkah harapan ini. Kantin asrama kami sangat enak dipandang dan menyejukan mata. laki-laki dan wanita nya tidak bercampur baur, pakaian anak-anaknya sangat sopan dan tidak mempertontonkan aurat. Pernah suatu hari teman ku dari STAN( Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) berkunjung ke tempatku, ketika ku ajak makan dikantin ia pernah mengatakan.” ini asrama mahasiswa UI apa pesantren sih???”. aku hanya bisa tersenyum malu mendengar celotehannya. Memang sangat aneh bagi orang-orang luar ketika berkunjung ke asrama ini. Di tengah hedonisme dan budaya matrealistis yang melanda kampus kami ternyata terdapat maket masyarakat madani di asrama mahasiswanya.

Sebagai mahasiswa intelektual muda kami pun tidak diragukan lagi akan kemampuan di bidang akademik, baik itu ilmu eksak, sosial, maupun humaniora. Namun kami sadar bahwa apa yang kami punya selama ini tidak akan pernah membawa kami munuju ke jannah-NYA, jika kami tidak mengimbanginya dengan pengetahuan syar’i. Berkenaan dengan itu maka di asrama kami setiap malam minggu diadakan kajian-kajian keislaman yang pengisinya sudah tidak diragukan lagi kapabilitasnya. Pada minggu pertama ada kajian tentang akidah, minggu kedua tentang amalah, minggu ketiga tentang akhlak, minggu keempat tentang syirah nabawiyah.

Ehm.. oh ya hampir lupa kalau tadi lagi makan. Setelah perut terisi aku pun langsung menuju ke kamar. Di setiap jalan-jalan menuju ke kamarku tampak di kiri-kanan terdapat tausyiah dari hadist rasulallah dan kata-kata mutiara penuh semangat dari para sahabat salafus shalih. Suara teman-teman yang merdu dengan lantunan tilawah di kamar masing-masing semakin menambah madani keadaan asrama ini. Senyuman, sapa, salam, sopan, dan santun menjadi moto kehidupan kami di sini. Dahulu ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku di sini keadaannya sungguh sangat memprihatinkan. Namun sekarang harapan untuk menjadikan asrama mahasiswa UI yang beradat ( bersih, rapih, agamis, damai, dan tertib) telah teruwujud. Augh... aku terjatuh dari tempat tidur, masya ALLAH ternyata hanya mimpi to’.
Although its only dream but its will be real next time insya ALLAH
KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i. Di buku ini penulis hanya sebutkan sebagian kecil darinya. Di antaranya:

baca selengkapnya...

Mengenal Ilmu Hadits


Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

baca selengkapnya...

Catatan Seorang Pengurus Salam

1. Tugas Mendesak

Malam hari yang panas menggerogoti kota depok, terasa begitu menyiksa beberapa mahasiswa kontrakan. Depok adalah kota yang sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan kota-kota penyangga lainnya. Jika kota bekasi dan tanggerang terkenal akan kawasan industrinya karena kabanyaknya perusahan-perusahan yang menancapkan kukunya di sana

baca selengkapnya...

Asrama Impian Asrama Harapan

Ayunan langah kakiku semakin cepat seakan amplitudo ayunannya sudah mencapai titik maksimum. Akhirnya hentakan kaki pun telah mencapai kantor satpam asrama mahasiswa UI. Senyuman kemenangan dari pak satpam seolah menghapus bulir

baca selengkapnya...


Selasa, 04 Agustus 2009

Catatan Seorang Pengurus Salam

Catatan Seorang Pengurus Salam

1. Tugas Mendesak

Malam hari yang panas menggerogoti kota depok, terasa begitu menyiksa beberapa mahasiswa kontrakan. Depok adalah kota yang sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan kota-kota penyangga lainnya. Jika kota bekasi dan tanggerang terkenal akan kawasan industrinya karena kabanyaknya perusahan-perusahan yang menancapkan kukunya di sana. Namun lain halnya dengan kota depok. Di depok hampir jarang sekali di temui pabrik-pabrik perusahan besar. Satu hal yang membuat nya berbeda adalah karena kehadiran sebuah Universitas Terbesar di negeri ini. Bukan hanya besar dari segi fisiknya saja melainkan juga karena prestasi-prestasi besar yang telah di torehkan civitas akademika didalam nya.

Di belakang pagar, tampaklah rumah-rumah kontrakan dan rumah kosan berjejer bersaing satu sama lain. Seakan-akan satu rumah akan gugur jika yang lainnya masih berdiri. Dalam rumah-rumah itu banyak mahasiswa sedang asik bercengkrama dengan sesama mahasiswa. Dan tidak sedikit yang bercengkrama dengan petuah-petuah ilmuwan besar dunia. Ada yang sedang memasuki kehidupan James isac newton, mencoba tuk memahami falsafah mengapa newton merasa risih dengan buah apel yang jatuh ke bawah bukan nya ke atas. Atau ada yang sedang berdebat dengan karya-karya filsuf-filsuf sosial klasik, mempertanyakan mengapa mereka bisa berteori seperti ini, adakah yang salah dengan pikiran mereka atau jangan-jangan mereka malah bangga dengan kesalahan mereka.
Seorang pemuda berwajah oval, tidak ketinggalan dengan hiruk pikuk itu, ia asik menggerak kan jarinya menari diatas tuts-tuts keyboard laptop usangnya. Disampingnya berdiri buku-buku tebal, yang paling atas bertuliskan An Approach to the Analysis of Political Systems karangan ilmuwan politik besar dunia David Easton. Pemuda itu adalah diriku.

aku sibuk dengan tugas yang sedang menghantui ku, sambil menikmati tulisan, aku berceramah dalam hati sendiri,” ini gara-gara kecerobohan ku menganggap remeh tugas kuliah. Memang banyak sebagian ikhwah dikampus ini sering memandang sebelah mata ketika mendapat tugas dari dosen termasuk aku mungkin. Sehingga ketika mendapat tugas dakwah langsung mendapat alasan yang kuat untuk menolaknya. Dengan alasan ada tugas mendesaklah yang harus dikumpulkan besok. Padahal tugasnya sudah diberikan satu minggu yang lalu oleh dosen namun karena terlalu menyepelekan maka tugasnya baru dikerjakan pada malam terakhir. Benar kata guru ngajiku ketika aku sedang pengajian pekanan,” ikhwah itu, jangan ditanya kapan tugasnya diberikan, tapi tanya kapan tugasnya dikumpul sampai-sampai ketika ada panggilan mabit baru deh mengeluarkan alasan-alasan klasik yang seakan-akan mereka sangat sibuk sekali”.
Akhirnya tepat pukul 23.30 aku baru bisa bernapas lega, tugas telah ku selesiakan. Terhitung ada lima buah essai yang aku selesaikan malam itu. Diantaranya ku beri judul,” koalisi atau kolusi”,“delapan kesalahan strategi PKS”,”selamat datang gerindra dan hanura”,”the big four”,”palestina saudara kita”. Essai yang pertama menyorot pada wacana koalisinya partai politik akhir-akhir ini, aku menyangsikan apakah koalisi ini murni untuk membangun indonesia atau hanya sebagai jalan singkat untuk bagi-bagi jatah kekuasaan. Kemudian ku pandangi sebuah kertas karton yang tergantung didinding diatas meja belajarku, Tertulis dengan jelas disitu ”daftar orang sukses”. Ada lima orang yang aku tulis, mulai dari Rasulallah Muhammad saw dan Mushab bin Umair di ikuti nama-nama pendahuluku di jurusan politik, Eep Saepullah Fatah Sip.Msi, Muhammad Natsir, dan yang terakhir, aku goreskan namaku sendiri Dr. Thariq kasim. S.sos. M.A. Meski sering diledek oleh teman-teman, namun aku tidak ambil pusing, aku malah semakin semangat untuk membuktikan pada teman-teman bahwa aku mampu mewujudkan semua itu. aku teringat akan perkitan filsuf Yunani kuno,” teruslah berbuat baik, biarkan orang lain berkata sesuka hati mereka”.
aku terhanyut memandang tulisan sendiri, hingga HP ku bergetar mengagetkanku,“Asslm.., ana hanya mengingatkan aja kalau besok ada syuro di sekret, inget jangan sampai telat”. Oh akhwat ini lagi, celotehku dalam hati. Kemudian aku ayunkan kaki menuju kamar kecil untuk ambil air wudhu seraya berbisik dengan dirinya sendiri,”aku harus mencontoh para sahabat Rasul yang senantiasa menjaga wudhu mereka, bahkan Bilal bin Rabah di beritakan oleh rasulallah bahwa terompahnya berjalan di surga lantaran ia senantiasa menjaga wudhunya”. aku tunaikan shalat witir 3 rakaat dengan penuh khusyukan dan penghayatan seakan-akan esok pagi diri ini tidak punya kesempatan lagi untuk melakukan tugas sebagai hamba Allah ‘Azza wa jalla. Setelah itu ku rebahkan diri dikasur kesayang untuk mengistirahatkan sel-sel yang bekerja seharian penuh.

“Akh, bangun dunk sudah jam tiga tuh laksanakan qiyamullail gih masa kalah sama ayam, ayam ja dah pada bangun”.

Lagi-lagi akhwat ini mengirim ku SMS tausyiah, hatiku galau dan gundah membaca SMS nya. Aku mencoba menepis semua pikirin-pikiran aneh tentang SMS ini, ya ALLAH jangan sampai engkau gantikan untukku bidadari surga dengan bidadari dunia. Aku juga tidak mau terjebak perkara su’udzhon pada saudara sendiri, mungkin akhwat ini sedang futur kali, mengirim ikhwan sms malam-malam begini. Aku pun bangun dan melaksanakan qiyamullail sampai masuk waktu shubuh. Setelah itu aku pun langsung meraih mushaf kesayanganku yang sudah menemaniku membaca surat cinta dari Rabb-ku semenjak aku masih duduk di bangku SMA. Sudah menjadi kebiasaanku untuk tidak tidur setelah shalat Shubuh, dulu ketika aku masih tinggal bersama orang tua di kampung. Ayahku akan sangat marah jika ada anaknya yang tidur setelah shalat Shubuh apapun alasannya. Katanya orang yang tidur setelah shalat Shubuh akan kalah mendapatkan rezeki dengan ayam. Sungguh sebuah didikan yang sangat arif dari ayahku, ya ALLAH semoga kelak aku pun bisa menjadi seorang ayah yang bijak seperti Luqman mendidik anaknya.

Al-Matsurat telah kubaca, sekarang saatnya beolahraga pagi. Aku pun keluar dari kamarku untuk menghirup udara pagi yang sungguh sangat meresap di relung paru¬-paru siapa saja yang menghirupnya. Udara segar sangat susah sekali ditemukan di kota-kota besar seperti depok ini, terlebih lagi semakin banyaknya kendaraan yang memenuhi lalu lintas menambah kotor udara. Apakah orang-orang itu tidak tahu bahwa udara segar adalah kebutuhan manusia yang utama. Orang bisa saja tidak makan satu hari namun orang akan sangat merasa kesusahan tatkala tak mampu menghirup udara segar. Olah raga pagi pun ku tunaikan terutama untuk kembali menyeimbangkan sel-sel tubuh yang telah beristirahat semalam.

Akh, antum gak ke kampus?” tanya rashid kepada ku.
“Gak akh, ane hari ini gak da jadwal kuliah,” jawabku.
“Jangan lupa nanti sore ada syuro di MUI, rugi loh kalo gak dateng gak bisa dengerin suara merdunya ukhti....”, bisik rasyid mencoba mengusiliku.
“antum ini sembarangan kayak buang sampah saja kalo ngomong , buang sampah saja harus pada tempatnya. Apa gak tau kalo semua perkataan kita akan di pertanggugjawabkan kelak. Udah gih berangkat kuliah sana, nanti telat loh.”
” Afwan akhi, ane kan Cuma bercanda doang, jangan marah gitu dong, atau jangan–jangan ... ane berangkat dulu akh”, teriaknya. Akhi rashid telah berangkat kuliah sambil berlari karena takut ku lempar sepatu.

Rashid adalah teman satu kontrakan ku, ia seorang hafidz. Aku sering iri dengan nya kok bisa ya ia menghapal Qur’an sedang aku tidak. Namun di sisi lain aku juga merasa sangat beruntung sekali kenal dengannya terlebih lagi bisa tinggal satu rumah. Ia orangnya sangat tawaddhu dan agak sedikit humoris. Rashid bisa dibilang orang rantauan di sini. Ia berasal dari Malaysia namun semenjak SMP ia sudah tinggal di indonesia meski orang tuanya tetap tinggal di Malaysia. Aku merasakan inilah nikmat Islam tidak membedakan orang dari sekat geografisnya apa lagi berdasarkan suku bangsa. Asalkan di dada orang itu masih terhujam kalimat syahadat maka ia adalah saudara. Terkadang aku tak segan-segan meminta doa darinya, karena do’a orang pencari ilmu dari jauh itu lebih cepat diijabah oleh ALLAH.
Sejak seringnya SMS merah jambu masuk ke HP ku, aku semakin intens memuhasabah diri sendiri. aku merasa tatkala ada cewek yang merasa sangat dekat denganku maka itu pertanda bahwa aku sendiri tak mampu untuk menjaga diri dengan lawan jenis. Mungki aku sudah terlalu terbuka pada orang lain dan itu sangat bahaya sekali bagi akhlak ku.

Ketika waktu dhuha masuk, aku laksanakan salat dhuha 10 rakaat dengan penuh penghayatan. Setelah shalat lalu berdo’a ke rabb ku,”Ya ALLAH, akhir-akhir ini hamba-Mu mungkin sedang terlalaikan oleh godaan-godaan dunia. Jagalah hamba-Mu ini ya Rabb, jika hamba-Mu ini harus jatuh cinta maka letakkanlah cinta hamba-Mu ini pada seseorang yang akan mampu menambah rasa cinta hamba pada-Mu. Hindarkanlah hamba dari fitnah-fitnah dunia, yang akan membawa hamba jauh dari-Mu.” Kemudian ia gulung sajadah nya sembari mengeluarkan kata-kata,” Memang asyik menjadi seorang muslim ketika agama lain hanya memerintahkan beribadah pada waktu-waktu tertentu bahkan ada yang hanya mewajibkan satu minggu sekali. Namun di agama Islam kita dapat beribadah hampir pada semua waktu. Sungguh memang benar bahwa agama ini adalah rahmatan lil’alamin, diturunkan untuk semua waktu dan zaman.”

TO BE CONTINUE

Senin, 03 Agustus 2009

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i. Di buku ini penulis hanya sebutkan sebagian kecil darinya. Di antaranya:

baca selengkapnya...

Mengenal Ilmu Hadits


Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

baca selengkapnya...

Catatan Seorang Pengurus Salam

1. Tugas Mendesak

Malam hari yang panas menggerogoti kota depok, terasa begitu menyiksa beberapa mahasiswa kontrakan. Depok adalah kota yang sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan kota-kota penyangga lainnya. Jika kota bekasi dan tanggerang terkenal akan kawasan industrinya karena kabanyaknya perusahan-perusahan yang menancapkan kukunya di sana

baca selengkapnya...


KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i. Di buku ini penulis hanya sebutkan sebagian kecil darinya. Di antaranya:

[12]. Menuntut Ilmu Adalah Jihad Di Jalan Allah Dan Orang Yang Menuntut Ilmu Laksana Mujahid Di Jalan Allah Ta’ala
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Dan barangsiapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.” [1]

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah mengatakan, “Jihad melawan hawa nafsu memiliki empat tingkatan:

Pertama: berjihad untuk mempelajari petunjuk (ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal shalih). Seseorang tidak akan mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali dengannya.

Kedua: berjihad untuk mengamalkan ilmu setelah mengetahuinya.

Ketiga: berjihad untuk mendakwahkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya.

Keempat: berjihad untuk sabar dalam berdakwah kepada Allah Ta’ala dan sabar terhadap gangguan manusia. Dia menanggung kesulitan-kesulitan dakwah itu semata-mata karena Allah.
Apabila keempat tingkatan ini telah terpenuhi pada dirinya, maka ia termasuk orang-orang yang Rabbani. [2]

Abu Darda radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa berpendapat bahwa pergi mencari ilmu tidak termasuk jihad, sungguh, ia kurang akalnya.” [3]

Berjihad dengan hujjah (dalil) dan keterangan didahulukan atas jihad dengan pedang dan tombak. Allah berfirman kepada Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar berjihad dengan Al-Qur-an melawan orang-orang kafir.

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur-an dengan jihad yang besar.” [Al-Furqaan: 52]

Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik dengan cara menyampaikan hujjah (dalil dan keterangan).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah berkata, “Jihad dengan hujjah (dalil) dan keterangan didahulukan atas jihad dengan pedang dan tombak.” [4]

[13]. Pahala Ilmu Yang Diajarkan Akan Tetap Mengalir Meskipun Pemiliknya Telah Meninggal Dunia
Disebutkan dalam Shahiih Muslim, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya terputus, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.” [5]

Hadits ini adalah dalil terkuat tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu serta besarnya buah dari ilmu. Sesungguhnya pahala ilmu tetap diterima oleh orang yang bersangkutan selama ilmunya diamalkan orang lain. Seolah-olah ia tetap hidup dan amalnya tidak terputus. Ini disamping kenangan dan sanjungan yang dialamatkan kepadanya. Tetap mengalirnya pahala untuk dirinya pada saat pahala amal perbuatan telah terputus dari manusia adalah kehidupan kedua baginya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanya mengkhususkan ketiga hal di atas yang pahalanya tetap diterima oleh si mayit karena ia (si mayit) adalah penyebab keberadaan ketiga hal tersebut. Karena ia menjadi sebab terbentuknya anak shalih, shadaqah jariyah, dan ilmu yang bermanfaat, maka pahalanya tetap mengalir kepadanya. Seorang hamba mendapatkan pahala karena tindakannya langsung atau tindakan yang dilahirkan (tindakan tidak langsung) darinya. Kedua prinsip ini disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

“Yang demikian itu ialah karena mereka (para Mujahidin) tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [At-Taubah: 120]

Kesemua hal di atas lahir dari tindakan mereka dan tidak ditakdirkan bagi mereka. Yang ditakdirkan bagi mereka ialah sebab-sebabnya yang mereka lakukan secara langsung. Maksudnya, bahwa haus, payah, lapar, dan membangkitkan amarah musuh bukanlah karena (sengaja) mereka lakukan demikian, lalu ditulis jadi amal shalih. Akan tetapi, hal ini timbul dari perbuatan mereka (yaitu jihad fi sabilillaah) karena itu ditulis bagi mereka sebagai amal shalih. [6]

[14]. Dengan Menuntut Ilmu, Kita Akan Berfikir Yang Baik, Benar, Mendapatkan Pemahaman Yang Benar, Dan Dapat Mentadabburi Ayat-Ayat Allah
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullaah mengatakan, “Memikirkan nikmat-nikmat Allah termasuk ibadah yang paling utama.” [7]

Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati daripada membaca Al-Qur-an dengan tadabbur dan tafakkur. Karena hal itu mengumpulkan semua kedudukan orang yang berjalan kepada Allah, keadaan orang-orang yang mengamalkan ilmunya, dan kedudukan orang-orang yang bijaksana. Hal inilah yang mewariskan rasa cinta, rindu, takut, harap, kembali kepada Allah, tawakkal, ridha, penyerahan diri, syukur, sabar dan segala keadaan yang dengannya hati menjadi hidup dan sempurna.

Seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat dalam membaca Al-Qur-an dengan tadabbur, maka ia akan lebih menyibukkan diri dengannya daripada selainnya. Apabila ia melewati ayat yang dibutuhkannya untuk mengobati hatinya, maka ia akan mengulang-ulangnya meskipun sampai seratus kali, walaupun ia menghabiskan satu malam. Membaca Al-Qur-an dengan memikirkan dan memahaminya lebih baik daripada membacanya sampai khatam tanpa mentadabburi dan memahaminya, lebih bermanfaat bagi hati dan lebih membantu untuk memperoleh keimanan dan merasakan manisnya Al-Qur-an. Membaca Al-Qur-an dengan memikirkannya adalah pokok kebaikan hati. [8]

Al-Hasan al-Bashri rahimahullaah mengatakan, “Al-Qur-an diturunkan untuk diamalkan, maka jadikanlah membacanya sebagai salah satu pengamalannya.” [9]

[15]. Ilmu Lebih Baik Daripada Harta
Keutamaan ilmu atas harta dapat diketahui dari beberapa segi:
Pertama: Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.

Kedua: Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta menjaga hartanya.

Ketiga: Ilmu adalah penguasa atas harta, sedangkan harta tidak berkuasa atas ilmu.

Keempat: Harta akan habis dengan dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah jika diajarkan.

Kelima: Apabila meninggal dunia, pemilik harta akan berpisah dengan hartanya, sedangkan ilmu akan masuk bersamanya ke dalam kubur.

Keenam: Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin maupun kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh orang-orang yang beriman.

Ketujuh: Orang yang berilmu dibutuhkan oleh para raja dan selain mereka, sedangkan pemilik harta hanya dibutuhkan oleh orang-orang miskin.

Kedelapan: Jiwa akan mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan berusaha memperolehnya -hal itu termasuk kesempurnaan dan kemuliaannya- sedangkan harta tidak membersihkannya, tidak menyempurnakannya bahkan tidak menambah sifat kemuliaan.

Kesembilan: Harta itu mengajak jiwa kepada bertindak sewenang-wenang dan sombong, sedangkan ilmu mengajaknya untuk rendah hati dan melaksanakan ibadah.

Kesepuluh: Ilmu membawa dan menarik jiwa kepada kebahagiaan yang Allah ciptakan untuknya, sedangkan harta adalah penghalang antara jiwa dengan kebahagiaan tersebut.

Kesebelas: Kekayaan ilmu lebih mulia daripada kekayaan harta karena kekayaan harta berada di luar hakikat manusia, seandainya harta itu musnah dalam satu malam saja, jadilah ia orang yang miskin, sedangkan kekayaan ilmu tidak dikhawatirkan kefakirannya, bahkan ia akan terus bertambah selamanya, pada hakikatnya ia adalah kekayaan yang paling tinggi.

Kedua belas: Mencintai ilmu dan mencarinya adalah pokok segala ketaatan, sedangkan cinta dunia dan harta dan mencarinya adalah pokok segala kesalahan.

Ketiga belas: Nilai orang kaya ada pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.

Keempat belas: Tidaklah satu orang melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala, melainkan dengan ilmu, sedangkan sebagian besar manusia berbuat maksiat kepada Allah lantaran harta mereka.

Kelima belas: Orang yang kaya harta selalu ditemani dengan ketakutan dan kesedihan, ia sedih sebelum mendapatkannya dan merasa takut setelah memperoleh harta, setiap kali hartanya bertambah banyak, bertambah kuat pula rasa takutnya. Sedangkan orang yang kaya ilmu selalu ditemani rasa aman, kebahagiaan, dan kegembiraan.
Wallaahu a’lam. [10]

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
___________
Foote Notes
[1]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 87-at-Ta’liiqaatul Hisaan), Ibnu Majah (no. 227), Ahmad (II/350, 526-527), Ibnu Abi Syaibah (no. 33061), dan al-Hakim (I/91), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[2]. Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad (III/10). Lihat Syarah Tsa-latsatil Ushuul (hal. 25-26), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah.
[3]. Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 145).
[4]. Syarah Qashidah Nuuniyyah (I/12) oleh Syaikh Muhammad Khalil Hirras.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 38), Abu Dawud (no. 2880), an-Nasa-i (VI/251), at-Tirmidzi (no. 1376), Ahmad (II/372), al-Baihaqi (VI/ 278), lafazh ini milik at-Tirmidzi. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1580).
[6]. Lihat al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 242-243).
[7]. Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 254).
[8]. Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 262).
[9]. Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 263).
[10]. Lihat kitab al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 160-163).

Mengenal Ilmu Hadits

Mengenal Ilmu Hadits

Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam.

TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits.


Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits

Rawi
, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits.


Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi

  1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu :
    1. Ahmad
    2. Bukhari
    3. Turmudzi
    4. Nasa'i
    5. Muslim
    6. Abu Dawud
    7. Ibnu Majah

  2. As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad

  3. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Bukhari dan Muslim

  4. Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim.

  5. Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah.

  6. Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu : Bukhari dan Muslim

  7. Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh perawi / As Sab'ah).

Matnu'l Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun tabi'in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

Gambaran Sanad

Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll.

Contoh:
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad.

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah:

  1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.

  2. Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.

  3. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.

  4. Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.

Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :

  • Rawinya bersifat Adil

  • Sempurna ingatan

  • Sanadnya tidak terputus

  • Hadits itu tidak berillat dan

  • Hadits itu tidak janggal

Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu :

  • Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiat.

  • Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun.

  • Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan.

  • Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya

  • Hadits Maudhu': adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu disengaja maupun tidak.

  • Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.

  • Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma'ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.

  • Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all): adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits.

  • Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.

  • Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.

  • Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).

  • Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.

  • Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.

  • Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan.

  • Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan.

  • Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi

  • Hadits Muallaq: adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.

  • Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in.

  • Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis.

  • Hadits Munqathi': adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.

  • Hadits Mu'dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.

Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya

  • Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus.

  • Hadits Maqthu': adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif ?

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu' tanpa menyebutkan kemaudhu'annya. Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu' maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Berikut ini pendapat yang ada yaitu:

Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif, baik untuk menetapkan hukum, maupun untuk memberi sugesti amalan utama. Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul 'Araby.

Pendapat Kedua Membolehkan, kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti, menerangkan keutamaan amal (fadla'ilul a'mal dan cerita-cerita, bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah).

Para imam seperti Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata: "Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum, kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya."

Karena itu, Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla'ilul amal. Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif, yaitu:

  1. Hadits dhoif itu tidak keterlaluan. Oleh karena itu, untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta, dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla'ilul amal.

  2. Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)

  3. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka.


Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi :


[1] Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.

Syarat syarat hadits mutawatir

  1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra. Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.

  2. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong/dusta.

  3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir.

[2] Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir.

Klasifikasi hadits Ahad

  1. Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.

  2. Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi, walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja, kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya.

  3. Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.


Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi


Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat :

  • Qala ( yaqalu ) Allahu

  • Fima yarwihi 'anillahi Tabaraka wa Ta'ala

  • Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur'an:

  • Semua lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian.

  • Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur'an, tidak berlaku pada hadits qudsi. Seperti larangan menyentuh, membaca pada orang yang berhadats, dll.

  • Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan hak pahala kepada pembacanya.

  • Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya, sedang hadits qudsi tidak demikian.


Bid'ah


Yang dimaksud dengan bid'ah ialah sesuatu bentuk ibadah yang dikategorikan dalam menyembah Allah yang Allah sendiri tidak memerintahkannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak menyontohkannya, serta para sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak menyontohkannya.

Kewajiban sebagai seorang muslim adalah mengingatkan amar ma'ruf nahi munkar kepada saudara-saudara seiman yang masih sering mengamalkan amalan-amalan ataupun cara-cara bid'ah.

Alloh berfirman, dalam QS Al-Maidah ayat 3, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." Jadi tidak ada satu halpun yang luput dari penyampaian risalah oleh Nabi. Sehingga jika terdapat hal-hal baru yang berhubungan dengan ibadah, maka itu adalah bid'ah.

"Kulu bid'ah dholalah..." semua bid'ah adalah sesat (dalam masalah ibadah). "Wa dholalatin fin Naar..." dan setiap kesesatan itu adanya dalam neraka.

Beberapa hal seperti speaker, naik pesawat, naik mobil, pakai pasta gigi, tidak dapat dikategorikan sebagai bid'ah. Semua hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk ibadah yang menyembah Allah. Ada tata cara dalam beribadah yang wajib dipenuhi, misalnya dalam hal sembahyang ada ruku, sujud, pembacaan al-Fatihah, tahiyat, dst. Ini semua adalah wajib dan siapa pun yang menciptakan cara baru dalam sembahyang, maka itu adalah bid'ah. Ada tata cara dalam ibadah yang dapat kita ambil hikmahnya. Seperti pada zaman Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggunakan siwak, maka sekarang menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, terkecuali beberapa muslim di Arab, India, dst.

Menemukan hal baru dalam ilmu pengetahuan bukanlah bid'ah, bahkan dapat menjadi ladang amal bagi umat muslim. Banyak muncul hadits-hadits yang bermuara (matannya) kepada hal bid'ah. Dan ini sangat sulit sekali untuk diingatkan kepada para pengamal bid'ah.


Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu?

Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam:

  1. Yang wajib dibenarkan (diterima).

  2. Yang wajib ditolak (didustakan, tidak boleh diterima) yaitu Hadits yang diadakan orang mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

  3. Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas penelitian tentang kebenarannya, karena ada dua kemungkinan. Boleh jadi itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam).

Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak, ada beberapa cara, diantaranya:

  1. Atas pengakuan orang yang memalsukannya. Misalnya Imam Bukhari pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari 'Umar bin Shub-bin bin 'Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata, artinya: Aku pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Qur'an (Keutamaan Al-Qur'an) lebih dari 70 hadits, yang sekarang banyak diamalkan oleh ahli-ahli Bid'ah. Menurut pengakuan Abu 'Ishmah Nuh bin Abi Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits yang hubungannya dengan Fadhilah Qur'an satu Surah demi Surah. (Kitab Al-Baa'itsul Hatsiits).

  2. Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tanda/qorinah yang lain yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu. Misalnya dengan melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan Hadits itu.

  3. Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits tersebut dengan Al-Qur'an. Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa yang ada dalam ayat-ayat Qur'an.

  4. Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya, baik lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya (grammarnya).

Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu

  • Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam. Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje).

  • Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu. Umumnya dari golongan Syi'ah, golongan Tareqat, golongan Sufi, para Ahli Bid'ah, orang-orang Zindiq, orang yang menamakan diri mereka Zuhud, golongan Karaamiyah, para Ahli Cerita, dan lain-lain. Semua yang tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang mereka kerjakan. Yang disebut 'Targhiib' atau sebagai suatu ancaman yang yang terkenal dengan nama 'At-Tarhiib'.

  • Untuk mendekatkan diri kepada Sultan, Raja, Penguasa, Presiden, dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan.

  • Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu).

  • Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ahli dongeng dan tukang cerita, juru khutbah, dan lain-lainnya.


Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu

  • Secara Muthlaq, meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu.

  • Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya.

  • Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa atasnya. Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits palsu, maka hendaklah segera dia tinggalkannya, kalau tetap dia amalkan sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali, maka hukumnya tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits).

(Sumber Rujukan: Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad Nashruddin Al-Albany; Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah; Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy; Kitab Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin Al-Albany); Kitab Mushtholahul Hadits - A. Hassan)

Sumber: http://mediaislam.fisikateknik.org