Selasa, 04 Agustus 2009

Catatan Seorang Pengurus Salam

Catatan Seorang Pengurus Salam

1. Tugas Mendesak

Malam hari yang panas menggerogoti kota depok, terasa begitu menyiksa beberapa mahasiswa kontrakan. Depok adalah kota yang sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan kota-kota penyangga lainnya. Jika kota bekasi dan tanggerang terkenal akan kawasan industrinya karena kabanyaknya perusahan-perusahan yang menancapkan kukunya di sana. Namun lain halnya dengan kota depok. Di depok hampir jarang sekali di temui pabrik-pabrik perusahan besar. Satu hal yang membuat nya berbeda adalah karena kehadiran sebuah Universitas Terbesar di negeri ini. Bukan hanya besar dari segi fisiknya saja melainkan juga karena prestasi-prestasi besar yang telah di torehkan civitas akademika didalam nya.

Di belakang pagar, tampaklah rumah-rumah kontrakan dan rumah kosan berjejer bersaing satu sama lain. Seakan-akan satu rumah akan gugur jika yang lainnya masih berdiri. Dalam rumah-rumah itu banyak mahasiswa sedang asik bercengkrama dengan sesama mahasiswa. Dan tidak sedikit yang bercengkrama dengan petuah-petuah ilmuwan besar dunia. Ada yang sedang memasuki kehidupan James isac newton, mencoba tuk memahami falsafah mengapa newton merasa risih dengan buah apel yang jatuh ke bawah bukan nya ke atas. Atau ada yang sedang berdebat dengan karya-karya filsuf-filsuf sosial klasik, mempertanyakan mengapa mereka bisa berteori seperti ini, adakah yang salah dengan pikiran mereka atau jangan-jangan mereka malah bangga dengan kesalahan mereka.
Seorang pemuda berwajah oval, tidak ketinggalan dengan hiruk pikuk itu, ia asik menggerak kan jarinya menari diatas tuts-tuts keyboard laptop usangnya. Disampingnya berdiri buku-buku tebal, yang paling atas bertuliskan An Approach to the Analysis of Political Systems karangan ilmuwan politik besar dunia David Easton. Pemuda itu adalah diriku.

aku sibuk dengan tugas yang sedang menghantui ku, sambil menikmati tulisan, aku berceramah dalam hati sendiri,” ini gara-gara kecerobohan ku menganggap remeh tugas kuliah. Memang banyak sebagian ikhwah dikampus ini sering memandang sebelah mata ketika mendapat tugas dari dosen termasuk aku mungkin. Sehingga ketika mendapat tugas dakwah langsung mendapat alasan yang kuat untuk menolaknya. Dengan alasan ada tugas mendesaklah yang harus dikumpulkan besok. Padahal tugasnya sudah diberikan satu minggu yang lalu oleh dosen namun karena terlalu menyepelekan maka tugasnya baru dikerjakan pada malam terakhir. Benar kata guru ngajiku ketika aku sedang pengajian pekanan,” ikhwah itu, jangan ditanya kapan tugasnya diberikan, tapi tanya kapan tugasnya dikumpul sampai-sampai ketika ada panggilan mabit baru deh mengeluarkan alasan-alasan klasik yang seakan-akan mereka sangat sibuk sekali”.
Akhirnya tepat pukul 23.30 aku baru bisa bernapas lega, tugas telah ku selesiakan. Terhitung ada lima buah essai yang aku selesaikan malam itu. Diantaranya ku beri judul,” koalisi atau kolusi”,“delapan kesalahan strategi PKS”,”selamat datang gerindra dan hanura”,”the big four”,”palestina saudara kita”. Essai yang pertama menyorot pada wacana koalisinya partai politik akhir-akhir ini, aku menyangsikan apakah koalisi ini murni untuk membangun indonesia atau hanya sebagai jalan singkat untuk bagi-bagi jatah kekuasaan. Kemudian ku pandangi sebuah kertas karton yang tergantung didinding diatas meja belajarku, Tertulis dengan jelas disitu ”daftar orang sukses”. Ada lima orang yang aku tulis, mulai dari Rasulallah Muhammad saw dan Mushab bin Umair di ikuti nama-nama pendahuluku di jurusan politik, Eep Saepullah Fatah Sip.Msi, Muhammad Natsir, dan yang terakhir, aku goreskan namaku sendiri Dr. Thariq kasim. S.sos. M.A. Meski sering diledek oleh teman-teman, namun aku tidak ambil pusing, aku malah semakin semangat untuk membuktikan pada teman-teman bahwa aku mampu mewujudkan semua itu. aku teringat akan perkitan filsuf Yunani kuno,” teruslah berbuat baik, biarkan orang lain berkata sesuka hati mereka”.
aku terhanyut memandang tulisan sendiri, hingga HP ku bergetar mengagetkanku,“Asslm.., ana hanya mengingatkan aja kalau besok ada syuro di sekret, inget jangan sampai telat”. Oh akhwat ini lagi, celotehku dalam hati. Kemudian aku ayunkan kaki menuju kamar kecil untuk ambil air wudhu seraya berbisik dengan dirinya sendiri,”aku harus mencontoh para sahabat Rasul yang senantiasa menjaga wudhu mereka, bahkan Bilal bin Rabah di beritakan oleh rasulallah bahwa terompahnya berjalan di surga lantaran ia senantiasa menjaga wudhunya”. aku tunaikan shalat witir 3 rakaat dengan penuh khusyukan dan penghayatan seakan-akan esok pagi diri ini tidak punya kesempatan lagi untuk melakukan tugas sebagai hamba Allah ‘Azza wa jalla. Setelah itu ku rebahkan diri dikasur kesayang untuk mengistirahatkan sel-sel yang bekerja seharian penuh.

“Akh, bangun dunk sudah jam tiga tuh laksanakan qiyamullail gih masa kalah sama ayam, ayam ja dah pada bangun”.

Lagi-lagi akhwat ini mengirim ku SMS tausyiah, hatiku galau dan gundah membaca SMS nya. Aku mencoba menepis semua pikirin-pikiran aneh tentang SMS ini, ya ALLAH jangan sampai engkau gantikan untukku bidadari surga dengan bidadari dunia. Aku juga tidak mau terjebak perkara su’udzhon pada saudara sendiri, mungkin akhwat ini sedang futur kali, mengirim ikhwan sms malam-malam begini. Aku pun bangun dan melaksanakan qiyamullail sampai masuk waktu shubuh. Setelah itu aku pun langsung meraih mushaf kesayanganku yang sudah menemaniku membaca surat cinta dari Rabb-ku semenjak aku masih duduk di bangku SMA. Sudah menjadi kebiasaanku untuk tidak tidur setelah shalat Shubuh, dulu ketika aku masih tinggal bersama orang tua di kampung. Ayahku akan sangat marah jika ada anaknya yang tidur setelah shalat Shubuh apapun alasannya. Katanya orang yang tidur setelah shalat Shubuh akan kalah mendapatkan rezeki dengan ayam. Sungguh sebuah didikan yang sangat arif dari ayahku, ya ALLAH semoga kelak aku pun bisa menjadi seorang ayah yang bijak seperti Luqman mendidik anaknya.

Al-Matsurat telah kubaca, sekarang saatnya beolahraga pagi. Aku pun keluar dari kamarku untuk menghirup udara pagi yang sungguh sangat meresap di relung paru¬-paru siapa saja yang menghirupnya. Udara segar sangat susah sekali ditemukan di kota-kota besar seperti depok ini, terlebih lagi semakin banyaknya kendaraan yang memenuhi lalu lintas menambah kotor udara. Apakah orang-orang itu tidak tahu bahwa udara segar adalah kebutuhan manusia yang utama. Orang bisa saja tidak makan satu hari namun orang akan sangat merasa kesusahan tatkala tak mampu menghirup udara segar. Olah raga pagi pun ku tunaikan terutama untuk kembali menyeimbangkan sel-sel tubuh yang telah beristirahat semalam.

Akh, antum gak ke kampus?” tanya rashid kepada ku.
“Gak akh, ane hari ini gak da jadwal kuliah,” jawabku.
“Jangan lupa nanti sore ada syuro di MUI, rugi loh kalo gak dateng gak bisa dengerin suara merdunya ukhti....”, bisik rasyid mencoba mengusiliku.
“antum ini sembarangan kayak buang sampah saja kalo ngomong , buang sampah saja harus pada tempatnya. Apa gak tau kalo semua perkataan kita akan di pertanggugjawabkan kelak. Udah gih berangkat kuliah sana, nanti telat loh.”
” Afwan akhi, ane kan Cuma bercanda doang, jangan marah gitu dong, atau jangan–jangan ... ane berangkat dulu akh”, teriaknya. Akhi rashid telah berangkat kuliah sambil berlari karena takut ku lempar sepatu.

Rashid adalah teman satu kontrakan ku, ia seorang hafidz. Aku sering iri dengan nya kok bisa ya ia menghapal Qur’an sedang aku tidak. Namun di sisi lain aku juga merasa sangat beruntung sekali kenal dengannya terlebih lagi bisa tinggal satu rumah. Ia orangnya sangat tawaddhu dan agak sedikit humoris. Rashid bisa dibilang orang rantauan di sini. Ia berasal dari Malaysia namun semenjak SMP ia sudah tinggal di indonesia meski orang tuanya tetap tinggal di Malaysia. Aku merasakan inilah nikmat Islam tidak membedakan orang dari sekat geografisnya apa lagi berdasarkan suku bangsa. Asalkan di dada orang itu masih terhujam kalimat syahadat maka ia adalah saudara. Terkadang aku tak segan-segan meminta doa darinya, karena do’a orang pencari ilmu dari jauh itu lebih cepat diijabah oleh ALLAH.
Sejak seringnya SMS merah jambu masuk ke HP ku, aku semakin intens memuhasabah diri sendiri. aku merasa tatkala ada cewek yang merasa sangat dekat denganku maka itu pertanda bahwa aku sendiri tak mampu untuk menjaga diri dengan lawan jenis. Mungki aku sudah terlalu terbuka pada orang lain dan itu sangat bahaya sekali bagi akhlak ku.

Ketika waktu dhuha masuk, aku laksanakan salat dhuha 10 rakaat dengan penuh penghayatan. Setelah shalat lalu berdo’a ke rabb ku,”Ya ALLAH, akhir-akhir ini hamba-Mu mungkin sedang terlalaikan oleh godaan-godaan dunia. Jagalah hamba-Mu ini ya Rabb, jika hamba-Mu ini harus jatuh cinta maka letakkanlah cinta hamba-Mu ini pada seseorang yang akan mampu menambah rasa cinta hamba pada-Mu. Hindarkanlah hamba dari fitnah-fitnah dunia, yang akan membawa hamba jauh dari-Mu.” Kemudian ia gulung sajadah nya sembari mengeluarkan kata-kata,” Memang asyik menjadi seorang muslim ketika agama lain hanya memerintahkan beribadah pada waktu-waktu tertentu bahkan ada yang hanya mewajibkan satu minggu sekali. Namun di agama Islam kita dapat beribadah hampir pada semua waktu. Sungguh memang benar bahwa agama ini adalah rahmatan lil’alamin, diturunkan untuk semua waktu dan zaman.”

TO BE CONTINUE